Desa Tanalum

Kec. Rembang
Kab. Purbalingga - Jawa Tengah

Info

Artikel

PROFILE DESA

Pemdes Tanalum

25 Januari 2025

70 Kali dibuka

SEJARAH DESA

          Berawal dari adaya seorang  Aulia yang konon Satria Pengembara yang berasal dari daerah Kebumen Jawa Tengah yang merupakan generasi Trah Mataram, begitu awal cerita dari Eyang Sokadiharja (Alm). Kala itu Eyang Sokadiharja adalah Sesepuh Dusun Balong Desa Losari Kecamatan Rembang. Tentu saja dalam pengembaraannnya adalah mencari jatining urip dan kasampuranning urip.

       Kala itu beliau bermukim di Dusun Balong Desa Losari, Kecamatan Rembang, Purbalingga. Beliau peparap/bernama Eyang Sura Semita. Dari beliaulah kelak menurunkan Lurah/Kepala Desa di Tanalum, Sumampir dan di daerah Kecamatan Punggelan, Banjarnegara. Beliau menurunkan 3 (tiga) orang putra. Putra pertama tinggal di wilayah Kecamatan Punggelan, Banjarnegara tepatnya di Dusun Kruncang, yang salah satu putranya tinggal di Kademangan Gumelem, Klampok, Banjarnegara. Putra kedua tinggal di Dusun Pucungrumbak, Desa Tanalum, Kecamatan Rembang.

       Tokoh ini terkait erat dengan Riwayat Syeh Jambu Karang yang masyhur sebagai Wisata Religi Ardhi Lawet yang terletak di Desa Panuspan Kecamatan Rembang.Syeh Jambu Karang yang konon nama aslinya adalah Pangeran Munding Wangi adalah Putra Mahkota dari Sinuwun Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Beliau enggan menggantikan tahta kerajaan dan memilih mengembara, dan akhir dari pengembaraannya sampai di Ardi Lawet. Saat penegembaraan sesungguhnya beliau mengajak Hulu Balang atau pengikut dan salah satunya ialah Pengeran Jebug Kusuma dan bertapa di puncak Gunung Kopiah dalam wilayah Kelurahan Kubang Jeruk kuik kala itu.Pangeran Jebug Kusuma yang lebih dikenal saat itu disebut Pengeran Kuncung, juga merupakan Pangeran Kerajaan Padjajaran. Disebut Pangeran Kuncung karena pakaian kebesarannya yang diikatkan dikepala beliau berbentuk lancip, seperti kuncung.

         Tatkala Syeh Jambu Karang memeluk Agama Islam dengan ditandai  mengucap kalimah tasyahud atau dua kalimah syahadat, sebagai ikrar memeluk Islam denagn sebelumnya melalui proses adu kesaktian dengan Pangeran Atas Angin yang nama aslinya adalah Syeh Maulana Maghribi. Sebelum beliau berdua mangadu kesaktian, mereka bersepakat bahwa siapapun yang KENGSER, atau kalah dalam istilah adu kesaktian, maka wajib tunduk untuk memeluk Agama bagi yang unggul atau menang. Kala itu Syeh Jambu Karang atau Pengeran Munding Wangi masih memeluk Hindu. Sedangkan Pangeran Atas Angin atau Syeh Maulana Maghribi memang penyebar Agama Islam Di Tanah Jawa.

       Singkat cerita setelah Syeh Jambu Karang memeluk Islam, maka Pangeran Atas Angin di nikahkan dengan putri Syeh Jambu Karang yang bernama Ni Rubiah Bekti. Dan dari sanalah beliau mempunyai keturunan beberapa orang, yang antara lain Ni Rubiah Sekar dan Ni Rubiah Sari.Setelah dirasa cukup dibekali ilmu – ilmu agama, kemudian kedua Putrinya diutus untuk menyebarkan Agama Islam. Ni Rubiah Sari di tugasi untuk menemui Pangeran Kuncung atau Pangeran Jebug Kusuma yang merupakan sahabat datuknya. Sedangkan Bi Rubiah Kembang (Ni Rubiah Sekar) ditugasi ke wilayah Gunungwuled/Jembangan. Sesuai tugas dari Datuknya, kemudian Ni Rubiah Sari menemui Pangeran Jebug Kusuma yang kala itu bertapa di Puncak Gunung Kopiah untuk memeluk Agama Islam. Sesuai perintah dari datuknya. Kemudian Ni Rubiah Sari mengajak Pangeran Jebug Kusuma untuk ngrasuk Agama Islam yang saat itu sedang bertapa di sebuah belukar rimbun yang di lilit pohon Ata.

       Pohon ini sejenis dengan pohon Rotan, tapi lebih kecil batangnya, nama lain pohon ini adalah Tanglam. Batangnya amat kuat untuk tali temali dan sering digunakan untuk anyaman kursi ataupun untuk Tutus, karena batangnya lentur dan amat kuat, kata Tutus barangkali kata asing bagi generasi milenial. Tutus adalah tali pengikat pada bingkai Nyiru atau Tampah terbuat dari bambu. Saat Ny Rubiah Sari menemui Pangeran Kusuma atau Pengeran Kuncung, ternyata Pohon Ata yang berada di tempat pertapaan dalam keadaan alum atau layu, lantaran pengaruh dan dampak dari Pangaribawa dari sang petapa. Setelah bangun dari pertapaannya maka terjadilah Anta Wacana atau Dialog antara Ny Rubiah Sari dengan Pangeran Kuncung, bahwa kehadirannya adalah menyampaikan pesan dari kekeknya agar mengikuti jejak beliau memeluk Agama Islam.

       Ternyata Pangeran Jebug Kusuma menolaknya. Tidak terjadi perselisihan karena tentu Ny Rubiah Sari bukanlah tandingannya.Karena tetap bersikukuh kemudian kemudian beliau berdua berdialog bernegosiasi dengan membagi wilayah dalam misi mereka masing – masing.Kemudian ditanckapkannya pohon Andong merah kecil sebagai batas wilayah masing – masing.

Adapun isi dari kesepakatan tersebut adalah :

  1. Pemantasan seni – seni hiburan, seperti Lengger, Ronggeng, Reog dan Anjir hanya boleh dipentaskan di wilayah R. Kuncung
  2. Dari pohon andong merah dan membujur dari Timur ke Barat sebelah selatan adalaha wilayah kekuasaan Ni Rubiah Sari dan nampaknya saat itulah awal dari masuknya Islam di desa ini.
  3. Seni – seni yang di pentaskan di wilayah Raden Kuncung tidak boleh dipentaskan di wilayah Ni Rubiah Sari.
  4. Dalam wilayah kekuasaan Ni Rubiah Sari tidak boleh berjualan nasi (warung) dan tidak boleh memakai pakaian, khususnya wanita yang berwarna hijau pupus.

       Secara geografis terbagi menjadi dua yaitu bagian atas dan bagian bawah, pada bagian atas dahulu disebut grumbul Rata Kembang. Sedangkan bagian bawah mulai dari sebelah timur sampai ke selatan bernama Grumbul Rata Jarak. Saat pembagian wilayah inilah wilayah baru kekuasaan Ni Rubiah Sari di namakan TAN ALUM

       TAN ALUM Diambil dari tempat pertapaan Pangeran Jebug Kusuma yang Pohon tan alum (layu) akibat pengaruh sang pertapa Raden Kuncung atau Pangeran Jebug Kusuma. Situs yang dapat ditemui dalam wilayah kekuasaan Ni Rubiah Sari adalah makam keramat Ni Rubiah Sari sendiri yang berada di Pekuburan Desa Tanalum yang keberadaannya hingga kini masih terawat dengan baik.

 

 KEPEMERINTAHAN DESA 

       Konon menurut cerita Nenek Moyang, sebelum desa ini memenuhi persyaratan menjadi sebuah desa, dahulu masih menjadi satu wilayah dengan Sumampir. Yang saat itu dijabat oleh Eyang Sura Manggala. Beliau merupakan trah dari Eyang Sura Semita yang bermukin di Dusun Balong sebagaimana telah diterangkan. Kemudian setelah diadakan Pemilihan Kepala Desa yang kala itu masih disebut Lurah.

       Adapun system pemilihannya, konon saat itu disebut TAWONAN atau ULAR –ULARAN. Yaitu calon hanya berdiri atau duduk, kemudian pemilih dibelakang calon atau mengelompok dengan calon yang akan dipilih. Dan Eyang Tirta Besari terpilih menjadi Lurah yang bermukim disekitar Grumbul Lubang sekarang dan kala itu disebut Desa kubang Jeruk Kuik. Dengan adanya prasarana jalan yang masih bisa dilacak.

       Grumbul Kubang (Lubang) jalan terus mengarah ke timur menuju Bukit Kopiah melalui suatu tempat yang disebut Adu Suker (konon ada cerita tersendiri tentang tempat itu) kemudian sampailah disuatu tempat yang saat itu disebut Gupakan Warak yang Indonesianya tempat berkubangnya Badak. Yang secara logika berarti di Desa Tanalum pernah hidup binatang Badak. Kemudian dari situ jalan menuju padepokan Pangeran Jebug Kusuma / Raden Kuncung.

      Pada periode berikutnya setelah terjadinya pergantian jabatan lurah dan yang menggantikan adalah Eyang Jiwa Yuda yang saat itu bertempat tinggal di Grumbul Rata Kembang paling ujung selatan. Yang sekarang di tempati Bapak Darmoyuwono dan keluarganya. Dan pada perggantian lurah itulah oleh Eyang Jiwa Yuda di namai  Desa Tanalum sebagai dasar Terbentuknya Desa agar terdaftar di Pemrintahan Dimasanya tentang Pendirian Desa.

     Yang dilatar belakangi peristiwa sakral dari Pangeran Jebug Kusuma atau Raden Kuncung disisi lain, dan kemudian untuk memicu semangat warga serta memberi motivasi, maka ada perubahan kata dari TAN ALUM menjadi TANALUM. TAN adalah basa jawa yang berarti TIDAK dan ALUM sendiri artinya LAYU. Yang diharapkan menjadi Desa yang tidak pernah Alum/Layu, tetapi senantiasa Mekar dan Berkembang.Dari sisnilah awal mula berdirinya Desa Tanalum yang diperkirakan sekitar sekitar 17 maulud/robiul Awal 1319 H. Atau hari Jumat Pon 05 Agustus 1898 M.

 

Berikut Nama Lurah/Kepala Desa 

 

Lurah/Kepala Desa I

EYANG SURA MENGGALA

 

Lurah/Kepala Desa II

EYANG TIRTA BESARI

(Masa Bakti 6 tahun Dari Tahun 1891 Sampai Dengan Tahun 1897)

 

Lurah/Kepala Desa III

EYANG JIWAYUDHA

(Masa Bakti Sampai 40 Tahun. Dari Tahun 1898 Sampai Tahun 1938)

 

Lurah/Kepala Desa IV

BAPAK DJIWAREJA

(Masa Bakti 3 Tahun, Dari Tahun 1939 Sampai Tahun 1942)

 

Lurah/Kepala Desa V

BAPAK DIPOYUDO
(1942-1966)

 

Lurah/Kepala Desa VI

BAPAK H ASTRA JOEDA
(1967-1988)

Lurah/Kepala Desa VII

BAPAK HUDOYO
(1988-1998)

Lurah/Kepala Desa VIII

BAPAK DJUKI
(1999-2002)

Lurah/Kepala Desa IX

ABU SOLEKHAN
(2006-2011)

Lurah/Kepala Desa X

PRIYONO
(2012-2017)

 
 

Lurah/Kepala Desa XI

UJANG JATMIKO
(2019-2026)
 
 

Aparatur Desa

Kepala Desa

UJANG JATMIKO

Sekretaris

TAAT PRIANTO

KEPALA DUSUN I

MOHAMAD NUR FATAH

KEPALA DUSUN II

DEDI WAHYUDI

KEPALA DUSUN III

AGUS PURWANTO

KEPALA DUSUN IV

MUSLIH

KASI PEMERINTAHAN

KUKUH GILANG RAMADHAN

KASI PELAYANAN

SUSENO

KASI KESEJAHTERAAN

SUTANTO

KEPALA URUSAN KEUANGAN

IMAM HIDAYAT

KEPALA URUSAN PERENCANAAN

RIYADI RATIM

KEPALA URUSAN TATA USAHA DAN UMUM

SUTRISNO

Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri

Desa Tanalum

Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Sinergi Program

Komentar

Ujang

24 Januari 2025 12:02:51

Mantap...

Media Sosial

Statistik Pengunjung

Hari ini:57
Kemarin:74
Total:8.324
Sistem Operasi:Unknown Platform
IP Address:18.97.9.174
Browser:Tidak ditemukan

Jam Kerja

Hari Mulai Selesai
Senin 07:30:00 16:00:00
Selasa 07:30:00 16:00:00
Rabu 07:30:00 16:00:00
Kamis 07:30:00 16:00:00
Jumat 07:30:00 14:30:00
Sabtu Libur
Minggu Libur

Lokasi Kantor Desa

Latitude:-7.288483832001743
Longitude:109.53239588332796

Desa Tanalum, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga - Jawa Tengah

Buka Peta

Wilayah Desa